Bagaimana Hukumnya Mencintai Istri Orang Lain?

Cinta Istri Orang

Mencintai Istri Orang Lain – Jatuh cinta memang begitu indahnya dan selalu memberikan halusinasi yang indah. Apalagi cinta tidak bertepuk sebelah tangan dan saling cinta mencintai. Namun bagaimana kiranya kalau yang terjadi adalah orang yang kita cintai adalah istri orang lain, dan istri orang juga mencintai kita, bagaimana hukum-nya?

Pertanyaan

  • Bolehkah mencintai istri orang lain?
  • Bagaimana hukumnya Jatuh Cinta pada istri orang lain?

Jawaban:
Jatuh cinta terhadap orang lain meski orang yang dicintai tersebut sudah berumah tangga tidak dapat dihukumi haram (secara mutlak) karena Cinta hanya sebatas perasaan hati yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia, kecenderungan hati ini diluar kontrol manusia yang datang tanpa adanya upaya. Selama tidak ada tindakan mafsadah yang dia lakukan.[1]

Akan tetapi hukum mencintai istri orang ini dapat berubah menjadi haram apabila sampai melakukan tindakan negatif yang melanggar syariat seperti zina, kholwat, dsb. Termasuk merusak mahligai rumah tangganya.[2]

Berikut pendapat Ulama’ mengenai konsekwensi bagi yang merusak hubungan rumah tangga orang lain:

– Ulama’ Malikiyah menyatakan bahwa sesungguhnya orang yang merusak istri orang lain agar ia dapat menikahinya setelah dicerai, maka haram bagi orang tersebut menikahinya untuk selama-lamanya.[3]

– Ulama’ dari kalangan Hanafiyah dan Syafi’iyah menyatakan bahwa orang yang merusak seorang istri dari suaminya, maka boleh bagi orang tersebut menikahinya setelah dicerai. Namun orang semacam ini merupakan orang yang paling fasiq dan paling maksiat serta paling buruknya dosa menurut Allah kelak di hari kiamat.[4]

Baca Juga Menceraikan Istri Karena Sudah Tak Cinta Lagi

Referensi

[1] Al-mausu’ah Al-fiqhiyah, juz 36, hal 168

الموسوعة الفقهية – ج 36 / ص 168
أَنَّ الْمَحَبَّةَ مِنَ الأُمُورِ الْقَلْبِيَّةِ الَّتِي لَيْسَ لِلإِنْسَانِ فِيهَا خِيَارٌ وَلا قُدْرَةٌ لَهُ عَلَى التَّحَكُّمِ فِيهَا

[2] Al-Fiqh ala mazahib arba’ah, juz 5, hal 48

الفقه على المذاهب الأربعة – ج 5 / ص 48
إفساد المرأة على زوجها  إن الدين الإسلامي يحرم السعي بالفساد بين الزوجين ويعتبره من أكبر الكبائر عند الله وقد اختلف الفقهاء في حكم من أفسد امرأة على زوجها حتى طلقها 

[3] Malikiyah

المالكية – قالوا : إن من أفسد زوجة غيره ليتزوجها بعده تحرم عليه تحريما مؤبدا معاملة له بنقيض قصده . وقد روى الإمام أحمد بإسناد صحيح عن بريدة رضي الله عنه عن رسول الله صلى الله عليه و سلم أنه قال ( من خبب على امرئ زوجته أو مملوكه فليس منا ) ومعنى – خبب – أي خدع وأفسد

[4] Hanafiyah dan Syafi’iyah

الحنفية والشافعية – قالوا : إن إفساد الزوجة على زوجها لا يحرمها على من أفسدها بل يحل له زواجها ولكن هذا الإنسان يكون من أفسق الفساق وعمله يكون من أنكر أنواع العصيان وأفحش الذنوب عند الله عز و جل يوم القيامة  روى الطبراني في الصغير والأوسط من حديث ابن عمر رضي الله تعالى عنهما أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال : من أفسد امرأة على زوجها فليس منا

Lihat Juga, As-sunan al-kubra Li an-Nasa’i

السنن الكبرى للنسائي – ج 5 / ص 385
أخبرنا إسحاق بن إبراهيم قال أنا معاوية بن هشام قال نا عمار بن رزيق عن عبد الله بن عيسى بن عبد الرحمن بن أبي ليلى عن عكرمة عن يحيى بن يعمر عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم قال من خبب عبدا على أهله فليس منا ومن أفسد امرأة على زوجها فليس منا

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

error: Alert: Content is protected !!