Kalau Anda suka Ngegosip, ngomongin orang lain, mengomentari hidup orang lain itu sama saja dengan Anda sedang Ghibah dan tidak ada pahala darinya. Justru yang ada Anda sedang memberikan pahala amal kebaikan yang selama ini anda kerjakan kepada orang lain.
Memang kita akui bahwa dalam melaksanakan aktivitas ibadah, kita seringkali merasakan capek, lebih, lesu, bahkan hilangnya semangat. Akan tetapi, ibadah tersebut selalu kita lakukan mengingat ibadah yang kita lakukan adalah perintah Allah subhanahu wa ta’ala dan kita tunduk dan patuh, toh kebaikannya kembali kepada kita kelak. Baik itu ibadah mahdloh atau ibadah ghoiru Mahdloh, baik itu ibadah secara personal atau ibadah sosial.
Kalau kita melihat janji akan pahala yang dijanjikan oleh Allah ketika kita menunaikan ibadah yang diperintahkan oleh-Nya, kita yakin bahwa pada ibadah tersebut pahalanya sangat besar.
Tapi terkadang kita lupa bahwasanya ada amalan atau perbuatan yang dapat membuat pahala amal ibadah yang selama ini kita kerjakan bisa pindah dari catatan amal kita menuju ke catatan amal kebaikan orang lain, bahkan dosa-dosa orang lain bisa pindah kepada kita.
Perbuatan apa itu?
Tidak lain adalah ghibah.
Apa sih Ghibah?
Ghibah atau yang dalam bahasa indonesia disebut dengan menggunjing (ngerasani. jawa. red) adalah membicarakan sesuatu yang terdapat pada orang lain dalam keadaan tidak adanya orang yang dibicarakan dengan sesuatu yang kalau ia mendengarkan, ia tidak menyukainya.
Sesuatu yang dibicarakan ini adalah sesuatu yang benar adanya dan ada padanya. Ini yang dinamakan Ghibah. Kalau sesuatu yang dibicarakan tidak benar adanya dan tidak ada padanya, namanya buhtan dan ini lebih besar lagi dosanya. Dosa ghibah saja sudah besar, apalagi buhtan.
Dan juga termasuk dalam kategori ghibah adalah menarik perhatian seseorang terhadap sesuatu dimana orang yang dibicarakan tidak suka untuk dikenali seperti itu. Seperti ada anak kepalanya lonjong, lalu dipanggillah dia penceng.
Pengertian ini berdasarkan penjelasan Rasulullah berikut ini:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ قَالَ إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW pernah bertanya: “Tahukah kamu, apakah ghibah itu?” Para sahabat menjawab; ‘Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.’ Kemudian Rasulullah SAW bersabda: ‘Ghibah adalah kamu membicarakan saudaramu mengenai sesuatu yang tidak ia sukai.’ Seseorang bertanya; ‘Ya Rasulullah, bagaimanakah menurut engkau apabila orang yang saya bicarakan itu memang sesuai dengan yang saya ucapkan? ‘ Beliau berkata: ‘Apabila benar apa yang kamu bicarakan itu ada padanya, maka berarti kamu telah menggunjingnya. Dan apabila yang kamu bicarakan itu tidak ada padanya, maka berarti kamu telah membuat-buat kebohongan terhadapnya.
Baca juga : Kondisi Diperbolehkannya Membuka Aib Orang Lain
Ada sebuah cerita. Terdapat Seorang wanita di sebuah desa, ia selalu dituduh dan diperbincangkan orang-orang di kampungnya.
Ketika wanita itu wafat, sebagian orang shaleh memimpikannya dengan memakai pakaian indah surga, orang itu heran dan bertanya mengenai pakaian itu.
Wanita itu menjawab “Aku tidak memiliki amal yang menyampaikanku pada kedudukan ini terkecuali Allah memudahkan penduduk desa bagiku, mereka membicarakan keburukan tentangku siang dan malam, sehingga seluruh kebaikan mereka datang kepadaku, maka kedudukanku di surga naik dengan omongan buruk mereka terhadapku.”
Al-Allamah Habib Umar Bin Muhammad Bin Salim Bin Hafidz حفظه الله تعالى
Semoga kita dijauhkan dari ghibah, apapun bentuknya. Amiin