SAYYID
Dalam hadits riwayat Imam At-Tirmidzi, Nabi Muhammad mengatakan bahwa beliau adalah Sayyid. Sebagaimana redaksi haditsnya berbunyi:
ﺃﻧﺎ ﺳﻴﺪ ﻭﻟﺪ ﺃﺩﻡ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﻭﻻ ﻓﺨﺮ
“Anaa Sayyidu waladi Adam yaumal qiyaamati wa laa fakhro”.
“Saya adalah pemimpin/penghulu manusia pada hari kiamat”. (HR. At-Tirmidzi).
Sedangkan ada riwayat lain yang mengatakan:
ﻻ ﺗﺴﻴﺪﻭﻧﻰ ﻓﻰ ﺍﻟﺼﻼﺓ
“Laa tusayyiduunii fishsholaati”.
“Jangan kalian ucapkan sayyidinaa padaku saat sholat”.
Bagaimana tentang kedua hadits ini?
Kenapa tidak singkron?
Mari kita bahas.
Hadits yang pertama sudah benar dan valid. Karena memang hadrotur Rosul adalah pemimpin semua ummat manusia nanti di hari kiamat, karena hanya beliaulah yang memegang Syafaat kubro atau syafaatul ‘udzma nanti di padang mahsyar
Untuk hadits yang kedua, hadits ini bermasalah.
Dalam kitab “Minhaj Al-Qowiim” Al-imam Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Haitami menyatakan bahwa Hadits ini lemah bahkan maudhu’/palsu.
Lihat Minhajul-qowiim, Hal 160.
Ada kesalahan fatal dari hadits yang kedua ini, sehingga layak dikatakan hadits palsu. Yaitu dalam masalah kaidah tata bahasa.
Jika di lihat dari kaidah bahasa arab, ada Lahn atau kesalahan tata bahasa arab. Sungguh mustahil kalau baginda Rosulullah Lahn.
Dalam bahasa arab, asal kata sayyid (ﺳﻴﺪ) adalah Saada-Yasuudu (ﺳﺎﺩ – ﻳﺴﻮﺩ) bukan Saada-Yasiidu (ﺳﺎﺩ – ﻳﺴﻴﺪ)
Sehingga bentuk Muta’addinya adalah sawwada – Yusawwidu
(ﺳﻮد-ﻳﺴﻮﺩ)
bukan sayyada – Yusayyidu
(ﺳﻴﺪ-ﻳﺴﻴﺪ)
Dalam hadits di atas yang nomor dua, sudah salah dan keluar dari tata bahasa arab, sehingga membuat kedudukan hadits dipertanyakan. Karena tidak mungkin Hadrotur Rosul jatuh pada Lahn/kesalahan bahasa seperti ini, karena Beliau adalah Afshohil ‘Arab/orang arab yang paling fashih.
Lalu bagaimana dengan redaksi hadits yang berbunyi
اَلسَّيِّدُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى
Sayyid (penguasa) kita adalah Allah Tabaaraka wa Ta’aala
Kalimat Sayyid yang di maksud tersebut adalah Sayyid dalam pengertian Haqiqy dan bukan Majazy.
Perlu diingat bahwa dalam penafsiran ada makna hakikat, majaz, bayan dan lain-lain.
Baca juga Pendidikan Keluarga Sayyid Ba’ Alawi
Wallahu a’lam
1 Comment